Profil Desa Mutisari

Ketahui informasi secara rinci Desa Mutisari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Mutisari

Tentang Kami

Profil Desa Mutisari, Wonosobo, pusat perkebunan kopi robusta dan agribisnis salak pondoh di Kecamatan Watumalang. Ungkap potensi pertanian, data demografi, kekayaan budaya, serta prospeknya sebagai destinasi agrowisata alam yang menawan.

  • Sentra Kopi Robusta Berkualitas

    Desa Mutisari merupakan salah satu sentra utama penghasil kopi robusta di Kabupaten Wonosobo, dengan potensi besar untuk pengembangan produk kopi spesialti.

  • Lumbung Agribisnis Salak Pondoh

    Selain kopi, desa ini menjadi basis produksi Salak Pondoh yang signifikan, menopang perekonomian mayoritas warganya dan memasok pasar regional.

  • Potensi Ekowisata Berbasis Alam

    Dikelilingi oleh perbukitan hijau dan lahan pertanian yang indah, Mutisari memiliki modal alam yang kuat untuk dikembangkan menjadi destinasi ekowisata dan agrowisata.

XM Broker

Tersembunyi di antara lekuk perbukitan Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, Desa Mutisari memancarkan pesonanya sebagai sebuah "mutiara" agribisnis yang berharga. Jauh dari hiruk pikuk jalur utama, desa ini telah mengukuhkan identitasnya sebagai salah satu sentra utama penghasil kopi robusta dan Salak Pondoh berkualitas di Wonosobo. Dengan topografi yang menantang namun subur, masyarakat Mutisari berhasil mengubah lereng-lereng perbukitan menjadi lahan produktif yang menopang kehidupan dan membuka asa. Profil ini akan mengupas secara mendalam potensi, dinamika sosial, serta prospek masa depan Desa Mutisari sebagai lumbung pangan dan calon destinasi agrowisata yang otentik.

Tinjauan Geografis dan Kondisi Demografi

Secara geografis, Desa Mutisari dicirikan oleh topografi perbukitan yang dominan dengan lembah-lembah curam. Kondisi ini menempatkan desa pada ketinggian yang bervariasi, menciptakan beberapa zona agroklimat mikro yang ideal untuk komoditas perkebunan tertentu, terutama kopi dan salak. Kesuburan tanahnya merupakan hasil dari proses geologis panjang, menjadikannya lahan yang sangat cocok untuk pertanian meskipun memerlukan teknik pengelolaan khusus seperti sistem terasering untuk menahan erosi.Berdasarkan data administrasi, luas wilayah Desa Mutisari adalah sekitar 4,77 kilometer persegi. Batas-batas wilayahnya meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Kalidesel dan Desa Wonokampir. Di sebelah timur, wilayahnya berbatasan dengan Desa Watumalang. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Binangun dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gondang. Akses menuju desa ini ditempuh melalui jalanan yang berkelok, menyajikan pemandangan alam perbukitan yang memanjakan mata.Menurut data kependudukan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2025, Desa Mutisari dihuni oleh 4.380 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 918 jiwa per kilometer persegi. Angka kepadatan ini tergolong lebih rendah dibandingkan desa-desa di kecamatan yang lebih dekat dengan pusat kota, mencerminkan karakter pemukiman yang tersebar di antara lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang luas. Mayoritas penduduknya menggantungkan hidup sebagai petani kopi dan salak, sebuah identitas profesi yang dipegang teguh secara turun-temurun.

Dua Pilar Ekonomi: Kopi Robusta dan Salak Pondoh

Perekonomian Desa Mutisari berdiri kokoh di atas dua pilar komoditas utama yang telah menjadi napas kehidupan masyarakat selama puluhan tahun: Kopi Robusta dan Salak Pondoh.Kopi Robusta, menjadi primadona utama dan ikon dari Desa Mutisari. Perkebunan kopi rakyat terhampar luas di lereng-lereng perbukitan, dikelola secara tradisional oleh hampir setiap keluarga. Kopi dari Mutisari dikenal memiliki cita rasa yang kuat dan khas, hasil dari perpaduan ketinggian, jenis tanah, dan cara pengolahan yang diwariskan antargenerasi. Para petani, yang sebagian besar tergabung dalam kelompok tani, kini mulai menerapkan praktik-praktik pertanian yang lebih baik (Good Agricultural Practices), seperti pemeliharaan tanaman, pemupukan berimbang, dan yang terpenting, proses panen petik merah. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas biji kopi agar mampu bersaing di pasar kopi spesialti yang lebih premium, tidak hanya dijual sebagai komoditas biasa.Salak Pondoh, pilar ekonomi kedua, tumbuh subur di lahan-lahan dengan ketinggian yang lebih rendah. Perkebunan salak menjadi penopang ekonomi yang sangat penting karena memberikan pendapatan yang lebih rutin sepanjang tahun. Salak dari Mutisari dikenal memiliki rasa yang manis dan tekstur yang renyah, menjadikannya salah satu komoditas yang paling dicari oleh para tengkulak untuk dipasarkan ke berbagai kota di Jawa Tengah. Bagi banyak keluarga, kebun salak merupakan "ATM" hidup yang hasilnya dapat dipanen secara berkala untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kehidupan Sosial dan Budaya Agraris

Kehidupan sosial di Desa Mutisari sangat erat kaitannya dengan siklus pertanian. Budaya gotong royong dan tolong-menolong menjadi fondasi utama dalam masyarakat. Hal ini terlihat jelas saat musim panen kopi tiba, di mana para tetangga dan kerabat akan saling membantu memetik buah kopi di kebun secara bergantian. Tradisi ini tidak hanya meringankan beban pekerjaan, tetapi juga mempererat ikatan sosial dan rasa kekeluargaan antarwarga.Kelompok-kelompok tani tidak hanya berfungsi sebagai lembaga ekonomi, tetapi juga sebagai pusat interaksi sosial. Di sinilah para petani berkumpul, berdiskusi, berbagi keluh kesah, dan mencari solusi bersama atas permasalahan pertanian yang dihadapi. Selain itu, kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin, tahlilan, dan perayaan hari besar Islam menjadi momen penting yang mempertemukan seluruh warga, memperkuat nilai-nilai spiritual dan kebersamaan. Meskipun berada di lokasi yang cukup terpencil, semangat komunal masyarakat Mutisari menjadi modal sosial terbesar mereka dalam menghadapi berbagai tantangan.

Infrastruktur dan Peran Pemerintah Desa

Mengingat kondisi geografisnya yang berbukit, pembangunan infrastruktur, terutama akses jalan, menjadi prioritas utama bagi Pemerintah Desa Mutisari. Jalan usaha tani yang memadai merupakan urat nadi bagi perekonomian desa, karena tanpanya, biaya transportasi untuk mengangkut hasil panen kopi dan salak akan sangat tinggi. Melalui pemanfaatan dana desa dan program-program dari pemerintah kabupaten, perbaikan dan pengerasan jalan terus diupayakan untuk menjangkau dusun-dusun dan sentra-sentra perkebunan.Pemerintah Desa juga berperan aktif sebagai fasilitator bagi para petani. Bekerja sama dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL), pemerintah desa mendorong adopsi teknologi dan praktik pertanian yang lebih modern. Program-program seperti bantuan bibit unggul, pelatihan pascapanen kopi, hingga fasilitasi akses pasar menjadi beberapa inisiatif strategis yang dilakukan untuk meningkatkan nilai jual produk pertanian dan kesejahteraan para petani di Desa Mutisari.

Prospek Pengembangan: Agrowisata dan Hilirisasi Produk

Menatap masa depan, Desa Mutisari memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, terutama di sektor agrowisata dan hilirisasi produk. Keindahan alam perbukitan yang dipadukan dengan hamparan kebun kopi dan salak menjadi modal utama untuk menarik wisatawan.Konsep agrowisata kopi menjadi peluang yang paling menjanjikan. Sebuah paket wisata "Jelajah Kopi Mutisari" dapat dirancang, di mana pengunjung diajak berjalan menyusuri kebun kopi, belajar langsung dari petani tentang proses budidaya, ikut serta dalam proses panen petik merah (saat musimnya), hingga melihat dan mencoba proses pengolahan pascapanen secara tradisional maupun modern (natural, honey, full wash). Pengalaman ini akan ditutup dengan sesi cupping atau menyeduh kopi asli Mutisari di tengah pemandangan alam yang asri.Selain itu, hilirisasi produk menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah. Alih-alih hanya menjual biji mentah (green bean), para pemuda desa dapat didorong untuk membangun unit usaha pengolahan kopi. Mereka bisa memproduksi kopi sangrai (roasted bean) dengan berbagai level profil sangrai, kopi bubuk kemasan, hingga membuka kedai-kedai kopi kecil yang menyajikan kopi asli dari kebun mereka sendiri. Untuk salak, pengolahan menjadi produk turunan seperti keripik salak, dodol, atau manisan juga dapat dikembangkan sebagai oleh-oleh khas desa.

Mutisari, Mutiara yang Terus Bersinar

Desa Mutisari adalah bukti nyata bahwa keterbatasan geografis bukanlah halangan untuk meraih kesejahteraan. Dengan bertumpu pada dua komoditas andalan—kopi robusta dan salak pondoh—serta dilandasi oleh semangat gotong royong yang kuat, masyarakatnya telah berhasil membangun sebuah fondasi ekonomi yang kokoh. Ke depan, dengan sentuhan inovasi di bidang hilirisasi produk dan pengembangan agrowisata, Desa Mutisari berpotensi untuk bersinar lebih terang lagi. Ia bukan hanya akan dikenal sebagai desa penghasil kopi dan salak, tetapi juga sebagai destinasi yang menawarkan pengalaman otentik tentang bagaimana "mutiara" agribisnis tumbuh dan berkilau di jantung perbukitan Wonosobo.